Pingsan di Bis (Bagian ke-1)
Tantangan Gurusiana hari ke-3
Pada saat itu di hari Senin di tahun 2011, hujan deras dan banjir besar di Jakarta. aku dan teman-teman guru sudah antri di depan mesin absen. Hujan sudah deras. Tepat pukul 15.00 wib langsung hand key dan terus meninggalkan sekolah menuju Slipi Jaya. Kopaja yang aku tumpangi sangat sesak, akhirnya sampai juga di halte seberang Slipi Jaya untuk melanjutkan perjalanan dengan bis menuju Kampung Melayu atau Cawang. Ternyata di Slipi sudah hujan deras sekali. Menunggu di halte, baju seragam sudah basah, namun bis yang ditunggu tidak kunjung datang. Semua bis yang lewat sudah penuh sesak. Akhirnya ada Patas 6 yang penuh sesak. Langsung aku naik bis karena kalau menunggu juga tidak bakal dapat duduk.
Saat naik bis baju dan jilbab dalam keadaan basah kuyup. kulihat juga banyak orang yang basah kuyup karena memang hujannya deras sekali. Perjalanan langsung tersendat karena macet dan banjir. Berdiri di bis yang sesak, berjam-jam dari Slipi sampai Komdak ada lebih dari 2 jam. Perut sudah mulai terasa lapar. Kurogoh tasku mencari selipan permen, betapa kecewanya ternyata tidak ada permen. Kepalaku sudah mulai pusing perjalanan tersendat akibat banjir besar. Bis tetap di jalan tol yang padat. Sebentar-sebentar rem mendadak. Pemandangan banjir di kanan kiri, bunyi klakson yang ribut, membuatku bertambah pusing. Aku mulai goyang, keringat dingin bercucuran, air liurku mengalir dan terasa asin, pemandanganku mulai berkunang-kunang. Ku rogoh lagi tasku, aku tidak bawa HP, ketinggalan di rumah dan satu lagi, tidak bawa dompet. untung saja pas kondektur nagih ongkos aku masih ada selipan uang di kantong kecil tasku. Kulihat orang di sampingku menelpon. Rasannya mau pinjam HPnya dan kubayar pulsanya untuk menelpon suamiku agar menjemputku di Cawang. Tapi aku tidak berani dan malu. Akhirnya ku tahan rasa mual dan pemandngan yang kunang-kunang. Rasanya tidak kuat lagi aku berdiri walaupun kedua tanganku erat memegang sandaran kursi bis. Sesekali ku tundukkan kepalaku ke sandaran kursi di depanku. Tak ada seorangpun yang peduli dengan keadaanku. Mungkin karena semua penumpang memang lelah. Kucoba bertahan dan akhirnya aku jatuh di lantai bis dan pemandanganku tiba-tiba gelap.
Sayup-sayup kudengar suara ibu yang duduk berteriak, " Eh! tolong ! ibu ini jatuh!"
Terasa olehku ibu itu memegang tanganku dan mendudukkanku dikursinya. Ibu yang menolongku berdiri disamping kursiku. Aku yang sudah tak sanggup membuka mata, merasakan hangatnya air mataku yang mengalir, saat kemudian aku tak mendengar dan merasakan apapun. Entah berapa jam aku tak merasakannya sampai aku dibangunkan oleh kondektur.
"Kampung Rambutan Habis! Kampung Rambutan Habis! sudah sampai, Bu dah sampai!, teriak kondektur.
Teriakan yang terasa keras ditelingaku membuatku tersadar dan kulihat di sekeliingku bis sudah tidak ada penumpang kecuali aku, dan di luar bis sudah terlihat gelap. ya Allah aku dimana ? (bersambung...)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ia bu Nurbaiti beneran. Trimakasih ya dah singgah.
Pengalaman beneran Bu Reda. Pingin tahu kelanjutannya....
Hehehe trims bu Nurbaiti dah singgah
Pengalaman yang tak terlupakan ya bu.. Ditunggu kelanjutannya ya bu
ok bu Ais. Trims ya